Luka Tak Berdarah

Melebihi patriarki, aku lebih membenci bajingan yang menyebut dirinya sebagai lelaki sejati. Karena nyatanya hanya seonggak daging yang mencari atensi tanpa memiliki hati.

Kami selalu menolongmu selamat, memahami langkahmu yang telah lama porak-poranda. Aku meyakinkan kita bahwa tanpa bicara cinta yang bergairah, kita mampu berdiri tegak, melangkah pasti dan berlari kencang menghadapi dunia. 

Tapi hingga akhir kau memilih menjadi manusia yang tak berakal. Kau sodorkan sandiwara sebagai bekal untuk mencabik-cabik jiwa kami. Lalu, kau berharap di titik mana lagi aku akan paham?

Boleh sekarang aku katakan? Kau telah menggali liang lahatmu sendiri, menumpuk banyak alasan untuk menjadi keji. Kau pula yang menghempaskan seluruh uluran tangan, berlagak menjadi korban agar menjadi wajar membunuh yang lainnya. Kau yang telah memilih menjadi biadab dalam peradaban. Mengoyak keseimbangan kehidupan hanya karena kepuasan. Bertahan dengan argumen hak yang katanya perlu keadilan. 

Hak mana yang sedang kau bicarakan saat mulutmu tak berhenti sesumbar untuk memanipulasi banyak perasaan. Apa kau tak pernah melihat seberapa menyedihkan kehidupan yang kau agungkan? Bahkan aku kehilangan kosakata untuk mengatakan seberapa hitam darah yang kau biarkan mengalir di jiwamu.

Biadab!

Tapi barangkali, aku sama biadabnya, karena masih membiarkanmu berkeliaran di muka bumi.

3 tanggapan untuk “Luka Tak Berdarah”

  1. Subjek yang diceritakan dalam tulisan ini, kemungkinan besar adalah sosok yang sangat-sangat manipulatif. Mbak harus benar-benar belajar untuk mempertahankan diri, dan menyerang balik dengan elegan. Kemarahan adalah apa yang memberi makan jiwa-jiwa manipulatif ini.

    Suka

Tinggalkan komentar

Rancang situs seperti ini dengan WordPress.com
Ayo mulai