Dusta Semesta

Ilustrasi Gambar: Liputan6.com

Sinta membaca garis besar cerita pasal kakak Bima yaitu Yudistira yang diminta berdusta oleh Kresna apabila Begawan Drona bertanya perihal berita kematian Aswatama. Hal itu dilakukan oleh sosok ksatria pandawa yang dikenal amat sangat jujur dan memiliki budi pekerti paling luhur. Sikapnya sangat kontras berbeda dengan Bima. Hari itu Yudistira menerima siasat yang diberikan Kresna demi memenangkan peperangan antara pandawa dan korawa.

Berbohong menjadi suatu hal yang dapat diterima demi tercapainya sebuah tujuan dari misi mereka. Kresna tahu bahwa satu-satunya yang menjadi tolak ukur untuk Begawan Drona tanyakan adalah Yudistira. Karena bisa dikatakan hampir tidak mungkin Yudistira mengatakan hal yang bukan sebenarnya. Seandainya bentuk siasat dan tak-tik ini tidak terjadi maka kemenangan Baratayudha seharusnya bisa dipegang oleh korawa dan bukan pandawa.

Meskipun kisah wayang disini menggaris bawahi kebohongan yang dilakukan untuk demi kebaikan. Sinta rasa hal itu tetap saja tidak merubah kekecewaan besar para dewata dan seisi alam semesta kepada yudistira yang dipercaya akan besar kejujurannya. Apa beda dengan ia layaknya manusia? Kebohongan pertama bisa berubah menjadi akar tumbuhan yang tiada ujungnya. Ya. Hanya pada manusia. Kebohongan di balik kebohongan. Menutupi kebohongan pertama dengan kebohongan lainnya. Sehingga resiko besarnya menyulut api membakar habis seluruh rasa percaya.

Dari singkat cerita kisah tersebut Sinta mengerti bahwa kebohongan mesti banyak motifnya. Ada yang berbohong demi kebaikan, ada yang berbohong demi keuntungan, menutupi kesalahan, menghindari masalah yang tidak diinginkan, ada juga yang lebih baik memilih untuk diam dan menjawab hanya ketika pertanyaan dilayangkan. Ketika pertanyaan itu dirasa sudah lewat masanya mungkin jawaban yang akan diberikan akan berbeda dari racikan jawaban kebohongan sebelumnya.

Memang tidak ada kebohongan yang sempurna. Marah atau kecewa cukup sekali saja. Selebihnya manusia perlu memahami harus bagaimana. Terlalu percaya meminta dan memohon seseorang meski berkata seadanya, Sinta rasa itu terlalu membuang tenaga kalau akhirnya tidak membuat jadi lega. Satu-satunya cara untuk membantu dan dapat diandalkan hanya ada dalam diri sendiri. Ada banyak hal yang lebih penting dari meributkan satu kebohongan. Alih-alih demi menyelamatkan hati dari perihnya kekecewaan.

Mungkin benar yang dikatakan beberapa manusia bahwa kebohongan ada juga baiknya ada untungnya. Tapi kepercayaan juga amat langka dan mahal harganya.

2 tanggapan untuk “Dusta Semesta”

  1. Masalah bohong ini memang hal prinsip, hal penting. Pun demikian, jika berkata apa adanya justru menjadikan kejahatan berkuasa, maka saya setuju dengan siasat Kresna di atas.
    Seperti masalah ‘memegang janji’ yang juga menjadi hal prinsip buat Bisma, kakeknya Yudisthira. Jika memegang janji justru membuat kejahatan berkuasa, sebaiknya janji tak usah ditepati.

    Suka

Tinggalkan komentar

Rancang situs seperti ini dengan WordPress.com
Ayo mulai